|
kewirausahaan agribisnis |
Keindahan
Alam Jawa Barat
Konon
ada suatu kisah bahwa Jawa Barat diciptakan sambil tersenyum, dan
ketika itulah maka terwujud sebuah wilayah yang bernama Parahiyangan
atau kemudian dikenal sebagai Provinsi Jawa Barat, yaitu suatu
wilayah yang sangat indah, penuh dengan kekayaan sumber daya alam
yang melimpah, udaranya segar dan menyehatkan, matahari bersinar
terang menghangatkan badan, tanahnya subur makmur, pepohonan sumber
bahan makanan tumbuh dimana-mana, hutannya lebat, ikan
berarak-beriring di sungai di danau dan di laut, ternak berkeliaran
sejauh mata memandang, penduduknya ramah tamah, cantik dan tampan,
tidak terdengar tangis kesedihan maupun kelaparan. Begitulah indahnya
alam Jawa Barat.
Selanjutnya
konon cerita ini mulai terdengar ke berbagai peloksok dunia sampai ke
benua erofa, maka berdatanganlah berbagai bangsa asing, yang semula
ingin melihat keindahan Jawa Barat, lalu kemudian mereka terpesona
dan tergoda untuk dapat memiliki kekayaan alam yang ada, serta
akhirnya ingin menguasai dan menghisap berbagai kekayaan alam Jawa
Barat. Begitulah konon ceritanya, sehingga mengapa Jawa Barat hingga
kini selalu memiliki daya tarik bagi berbagai pihak untuk dapat
dinikmati dan mengambil manfaat dari kekayaan sumber daya alam Jawa
Barat.
Perkebunan
sebagai awal kebangkitan ekonomi Jawa Barat
Catatan
sejarah telah membuktikan, bahwa awal mula kebangkitan ekonomi di
Jawa Barat, atau dulu dikenal dengan tanah parahiyangan, adalah
dimulai dari upaya pemanfaatan kesuburan lahan untuk budidaya
perkebunan. Dimana pada sekitar abad 18 kaum kolonial mulai
mengembangkan usaha perkebunan kopi, teh dan kina di tanah
parahiyangan, yang kemudian konon hasil usaha perkebunan tersebut
sangat melimpah dan menjadi sangat menguntungkan negara kolonial
tersebut, bahkan mampu membiayai pembangunan negaranya hingga
mengatasi kebutuhan biaya peperangannya.
Jaman
keemasan tersebut telah berlangsung sekitar satu abad kemudian,
dimana berbagai kaum kolonial terus berganti hingga indonesia
mencapai masa kemerdekaannya. Warisan lahan perkebunan teh, kopi,
kina, karet dan lain sebagainya yang sampai saat ini terhampar luas
di Jawa Barat tentunya menjadi bukti bahwa kegiatan usaha perkebunan
di wilayah ini sudah ada sejak lama dan telah memberikan makna
terhadap perkembangan perekonomian masyarakat Jawa Barat dari dulu
hingga sekarang.
Oleh
karenanya warga Jawa Barat akan sangat sependapat jika keberadaan sub
sektor perkebunan ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang
pertumbuhan provinsi Jawa Barat sejak masa kolonial sampai sekarang,
karena memiliki arti yang sangat penting dan menentukan dalam
pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat Jawa
Barat.
Potensi
Agrowisata Perkebunan Jawa Barat
Sub
Sektor Perkebunan Jawa Barat yang memiliki luas lahan sekitar 498
ribu Ha dengan jumlah komoditas yang dikembangkannya sebanyak 30
jenis, ternyata bukan hanya sekedar menghasilkan manfaat dari aspek
produk perkebunannya saja, tetapi juga memiliki potensi keindahan
alam dan keanekaragaman budaya berkebun yang dapat dikembangkan
sebagai objek agrowisata.
Keberadaan
areal perkebunan di Jawa Barat yang umumnya berupa suatu hamparan
komoditas yang cukup luas di suatu kawasan perbukitan atau
pegunungan, dengan udara yang masih segar, tentunya akan menjadi daya
tarik tersendiri bagi para wisatawan. Perkebunan di daerah Jawa
Barat, khususnya perkebunan yang berada dalam satu kawasan memang
sangat potensial dikembangkan menjadi kawasan agrowisata.
Beberapa potensi kawasan perkebunan di Jawa Barat yang sudah
dikembangkan atau yang mungkin dikembangkan sebagai objek agrowisata,
antara lain adalah:
-
Kawasan Perkebunan Teh Gunung Mas di daerah Puncak Bogor;
-
Kawasan Perkebunan Teh Rancabali Ciwidey Kabupaten Bandung;
-
Kawasan Perkebunan Teh Ciater-Tangkuban Parahu Subang;
-
Kawasan Perkebunan Teh Gedeh dan Panyairan Kabupaten Cianjur;
-
Kawasan Perkebunan Teh Goal Para dan Simpenan Jampangkulon Sukabumi;
Pengembangan
areal perkebunan menjadi kawasan agrowisata telah dilaksanakan pada
tahun 2006 di Kabupaten Bogor, Subang dan Purwakarta dengan komoditi
utama yang menjadi pusat perhatian adalah teh. Di ketiga wilayah
tersebut, agrowisata dikembangkan di areal perkebunan rakyat,
perkebunan besar swasta dan areal perkebunan besar negara.
Tidak
semua aspek kegiatan perkebunan dapat dikembangkan sebagai objek
agrowisata, dimana selain fokus dari daya tarik objek wisata yang
diminati konsumen, juga perlu diperhatikan keberadaan fasilitas
penunjangnya yang harus memadai. Adapun beberapa karakteristik calon
objek wisata yang dapat dijadikan sebagai acuan penciri potensi
agrowisata antara lain adalah:
Merupakan
kawasan usaha Pertanian/Perkebunan yang alami atau direkayasa
sehingga mempunyai daya tarik wisata;
Aspek
daya tarik wisata tersebut mencakup: keindahan/keunikan hamparan
komoditas, teknik budidaya, penanganan pasca panen, pengolahan,
penyajian dan pemasaran hasil produksi
Tersedianya
fasilitas penunjang bagi wisatawan, seperti: tersedianya jaringan
transportasi menuju objek wisata tersebut, adanya tempat istirahat,
adanya tempat makan/restoran, fasilitas parkir, sarana ibadah,
toilet, jasa kesehatan, jasa keamanan maupun sarana komunikasi.
Konsepsi
Pengembangan Agrowisata
Agrowisata
berasal dari kata agrotourism,
dimana Agro
artinya pertanian dan tourism
berarti
pariwisata. Jadi Agrowisata berarti berwisata ke daerah
pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat,
perkebunan, peternakan dan perikanan (Sudiasa, 2005:11).
Agrowisata
merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi
pertanian sebagai obyek wisata, baik potensi berupa pemandangan alam
kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas
produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya.
(World Tourism Organization (WTO) : 1998). Agrowisata merupakan salah
satu bentuk ekonomi kreatif di sektor pertanian yang dapat memberikan
nilai tambah bagi usaha agribisnis dalam rangka peningkatan
kesejahteraan petani.
Agrowisata
merupakan salah satu wahana yang efektif dalam rangka: promosi
produk-produk pertanian, proses produksi yang baik dan benar serta
kekayaan budaya nusantara, dan pemasaran yang langsung dari petani ke
konsumen. Kegiatan agro wisata bertujuan untuk memperluas wawasan
pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang
pertanian.
Di
kalangan masyarakat Indonesia, Agrowisata dipahami sebagai
sebuah bentuk aktivitas pariwisata yang memanfaatkan usaha
agribisnis sebagai objek wisatanya baik agribisnis pertanian
seperti lahan pertanaman sayuran dan buah-buahan, flora-flori, lahan
perkebunan seperti perkebunan teh, kopi, karet, kelapa dan kakao,
lahan usaha pengembangan berbagai macam ternak mulai dari unggas
sampai kepada mamalia ataupun wilayah gabungan pertanian, perkebunan
dan peternakan.
Secara
umum tujuan agrowisata adalah untuk menambah dan memperluas
pengetahuan dan pengalaman sekaligus berekreasi, bahkan ada juga yang
memanfaatkannya menjalin hubungan usaha dibidang pertanian.
Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam
memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani
sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun
teknologi lokal.
Pengembangan
agrowisata disesuaikan dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi
ekologis lahan yang akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian
sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya.
Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif
petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian
sumber daya lahan pertanian.
Beberapa
manfaat dari suatu upaya pengembangan agrowisata pada sub sektor
pertanian atau perkebunan, antara lain adalah:
-
Pelestarian dan perlindungan plasma nutfah
-
Menjaga kelestarian sumber daya dan lingkungan
-
Kontribusi dan peningkatan kesempatan kerja
sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi
-
Peningkatan pendapatan petani dan masyarakat pedesaan
-
Manfaat rekreasi bagi pengunjung
-
Manfaat untuk penyebarluasan iptek serta melestarikan teknologi
lokal,
Upaya
pengembangan agrowisata di Indonesia sudah cukup lama dikembangkan
dan didiskusikan melalui berbagai forum. Dimana berbagai pendapat
telah sering diperdebatkan untuk mencari pemahaman bersama tentang
upaya terbaik yang perlu dilakukan dalam pengembangan agrowisata di
Indonesia, termasuk di Jawa Barat tentunya.
Potensi
dan kendala Pengembangan Agrowisata Di Indonesia dapat digambarkan
dalam anailisis SWOT sebagai berikut:
KEKUATAN
Indonesia
terletak di daerah tropis;
Indonesia
sebagai “megadeversity”;
Indonesia
sebagai negara agraris;
Jumlah
penduduk Indonesia peringkat ke-4 dunia;
Keanekaragaman
bentang alam Nusantara;
Kekayaan
tradisi budidaya pertanian;
Perkembangan
iptek di bidang pertanian
|
KELEMAHAN
Lemahnya
minat usaha di bidang agrowisata;
Kurangnya
pengetahuan di bidang agrowisata;
Kurangnya
modal untuk pengembangan usaha agrowisata;
Kurangnya
pembinaan usaha di bidang agrowisata;
Kurangnya
kerjasama untuk pengembangan usaha agrowisata;
Kurangnya
upaya promosi dan pemasaran.
|
PELUANG
Pariwisata
sebagai kebutuhan dasar;
Berkembangnya
keorganisasian dan sistem kepariwisataan dunia;
Isu
dunia “back to nature”;
Trend
dunia ke arah “green tourism” dan “ecotourism”;
Pangsa
pasar global dan pasar regional;
Terbukanya
hubungan kerjasama bilateral maupun multilateral.
|
TANTANGAN
Daya
saing produk wisata negara-negara kawasan tujuan wisata yang
lain;
Tingkat
pelayanan wisata dan kualitas industri wisata
negara lain;
Upaya
promosi dan pemasaran negara- negara lain.
|
Berdasarkan
analisis SWOT tersebut maka beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai
Strategi Pengembangan Agrowisata, adalah:
1.
Market Attractiveness
Pengembangan
destinasi pariwisata berdasarkan pada preferensi dan analisis
perilaku (travel behavior) dan psikografik pasar (target market)
serta tarikan pasar untuk:
-
Wisatawan mancanegara
-
Wisatawan nusantara
-
Institution
and Management
Pendekatan
pengembangan destinasi pariwisata melalui dukungan pengelolaan
kelembagaan dan keterpaduan dengan menerapkan manajemen dan
regulasi yang sinergistik
2.
Pushing Product
Pendekatan
pengembangan destinasi pariwisata berdasarkan pada potensi,
karakteristik dan keunggulan sumber daya berkualitas internasional
yang dimiliki
3.
Investment Encouragement
Pendekatan
Pengembangan destinasi melalui peningkatan investasi
(pemerintah, swasta) untuk proyek infrastruktur dan usaha di bidang
pariwisata
4.
Community Empowerement
Pendekatan
pengembangan destinasi pariwisata dengan melibatkan peran serta aktif
dan meningkatkan kapasitas masyarakat serta memberikan manfaat dan
keberlanjutan sumber daya dalam kegiatan kepariwisataan setempat
Selanjutnya
beberapa langkah kebijakan pengembangan agrowisata yang perlu
dilakukan di Indonesia antara lain adalah:
Pengembangan
Industri AgrowisataYang Berdaya Saing,meliputi:
Peningkatan
pelayanan
Peningkatan
iklim investasi
Sertifikasi
usaha pariwisata
Koordinasi
lintas sektor dan daerah
Fasilitasi
akselerasi pembangunan jaringan multi moda di destinasi
pariwisata
Fasilitasi
akselerasi peningkatan kapasitas bandara di pintu gerbang
utama
Pengembangan
zona kreatif destinasi pariwisata
Pengembangan
variasi pola perjalanan (travel pattern)
Peningkatan
produk wisata minat khusus
Pengembangan
Industri Agrowisata Yang Berkelanjutan (Sustainability), meliputi:
Peningkatan
kualitas daya tarik wisata alam dan budaya
Koordinasi
dan tata kelola destinasi yang akuntabel (DMO)
Peningkatan
kualitas SDM
Penerapan
prinsip-prinsip pengembangan pariwisata yang ramah lingkungan
(environmentally friendly)
Pengembangan
desa wisata berbasis masyarakat (community based tourism)
Penerapan
sapta pesona kepada masyarakat yang tinggal di destinasi
Peningkatan
komunikasi kepada masyarakat secara langsung dan tidak langsung
(media)
Sebagai
gambaran tentang Posisi Jawa Barat Berdasarkan Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional adalah sebagai berikut
KAWASAN
PENGEMBANGAN PARIWISATA NASIONAL/KPPN (RIPPARNAS )
|
KAWASAN
STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL (RIPPARNAS )
|
DESTINASI
PARIWISATA NASIONAL/DPN (RIPPARNAS )
|
1. KPPN
Puncak–Gede Pangrango dskt
|
KSPN.
Puncak–Gede Pangrango dskt
|
DPN
BOGOR–HALIMUN dskt
|
2. KPPN
Bogor–Ciawi dskt
|
3. KPPN
Gunung Halimun dskt
|
KSPN.
Halimun dskt
|
4. KPPN
Pelabuhan Ratu dskt
|
5. KPPN
Bandung Kota dskt
|
KSPN.
Bandung Kota dskt
|
DPN
BANDUNG–CIWIDEY dskt
|
6. KPPN
Tangkuban Perahu dskt
|
KSPN.
Tangkuban Perahu dskt
|
7. KPPN
Lembang dskt
|
8. KPPN
Ciwidey dskt
|
KSPN.
Ciwidey dskt
|
9. KPPN
Tasikmalaya dskt
|
KSPN.
Pangandaran dskt
|
DPN
PANGANDARAN–NUSAKAMBANGAN dskt
|
10. KPPN
Pangandaran dskt
|
Suatu
kawasan perkebunan yang ideal untuk dapat dimanfaatkan sebagai objek
dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang kegiatannya
merupakan kesatuan yang utuh mulai dari pembibitan sampai dengan
pengolahan hasilnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
setiap kegiatan dan proses pengusahaan perkebunan dapat dijadikan
daya tarik atau atraksi yang menarik bagi wisatawan mulai dari
pembibitan, penanaman, pengolahan ataupun pengemasan hasil
produksinya. Oleh karena itu satu unit kawasan perkebunan semestinya
dilengkapi dengan unit pengolah hasil, laboratorium uji untuk quality
control mutu produk, rumah kemasan hasil, sarana dan prasarana
lainnya secara lengkap. Beberapa contoh kawasan perkebunan yang
berpeluang menjadi objek agrowisata antara lain Perkebunan: Teh,
Kopi, Kakao, Kelapa sawit, karet dan tebu.
Materplan
Agrowisata Perkebunan di Jawa Barat
Pengembangan
areal perkebunan menjadi kawasan agrowisata di Jawa Barat telah
dilaksanakan sejak tahun 2006 di Kabupaten Bogor, Subang dan
Purwakarta, dengan komoditi utama adalah teh. Di ketiga
wilayah tersebut, agrowisata dikembangkan di areal perkebunan rakyat,
perkebunan besar swasta dan areal perkebunan besar negara. Kemudian
pada tahun 2012 telah dilakukan suatu kajian dan penyusunan rencana
induk (Master
plan)
agrowisata perkebunan di Kabupaten Bandung (Kecamatan Pangalengan)
dengan komoditi utama kopi dan di Kabupaten Bandung Barat (Kecamatan
Cikalong wetan) dengan komoditi utamanya teh. Adapun Out put dari
kajian adalah berupa: Analisis berbagai kondisi yang berpengaruh,
Analisis kebijakan strategis, Analisis berbagai kondisi yang dihadapi
oleh petani, khususnya pelaku usaha kopi dan teh, Sasaran jangka
pendek dan jangka panjang yang berkaitan dengan arah pengembangan
yang diinginkan, serta Rumusan kegiatan yang dapat mendukung
pencapaian sasaran.
Penyusunan
master plan ini diarahkan pada keseimbangan pembangunan per kawasan
dan pembangunan perdesaan berbasis tanaman perkebunan yang mengacu
pada:
Peraturan
menteri pertanian Nomor: 41/Permentan/OT.140/9/2009 tentang kriteria
teknis kawasan peruntukan pertanian.
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Bandung Barat
Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung
Barat.
Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPDA) Kabupaten Bandung
Tahun 2012 - 2027 dan RIPPDA Kabupaten Bandung Barat Tahun 2012 –
2027.
Didalam
Masterplan tersebut telah ditetapkan beberapa kawasan
pengembangan agrowisata perkebunan sebagai berikut:
Berdasarkan
Hasil kajian pemetaan produk unggulan yang telah dilakukan
sebelumnya bahwa komoditas tanaman perkebunan unggulan untuk
pengembangan agrowisata di kabupaten Bandung adalah kopi dan teh;
Pengembangan
agrowisata perkebunan di Kabupaten Bandung diarahkan di sekitar
wilayah kecamatan Pangalengan atau berada di KSPN dan DPN Ciwidey
dan sekitarnya;
Daerah
Kertamanah, Malabar (Pangalengan), Rancabali, dan Gambung sebagai
Kawasan Pengembangan Agrowisata Teh. Sedangkan Pengembangan kawasan
agrowisata perkebunan kopi adalah di Pangalengan yaitu di sekitar
Gunung Tilu yang termasuk ke dalam kawasan agrowisata kreatif
Malabar.
Pengembangan
agrowisata perkebunan di Kabupaten Bandung Barat diarahkan di
sekitar wilayah Kecamatan Cikalong Wetan atau berada di KSPN dan DPN
Tangkuban Perahu dan Sekitarnya.
Pengembangan
agrowisata perkebunan teh di Kabupaten bandung Barat adalah di
Cikalong Wetan, yaitu berada di Desa Cipada yang memiliki teh rakyat
cukup luas atau sekitar perkebunan teh PTP VIII Panglejar.
Rekomendasi
Mengingat
Jawa Barat masih memiliki kawasan perkebunan yang sangat potensial
menjadi objek agrowisata, dimana saat ini tercatat 15 lokasi
potensial, yaitu : Bayangbang, Patuahwattie dan Pasir Ucing
(Kabupaten Bandung); Ciliwung dan Nirmala (Kabupaten Bogor); Condong
dan Neglasai (Kabupaten Garut), Goalpara, Cihaur, Citespong, Bojong
Asih dan Jaya Negara (Kabupaten Sukabumi), Maleber dan Sukawarna
(Kabupaten Cianjur) serta Cilangla dan Ciseureuh (Kabupaten
Tasikmalaya); maka diharapkan adanya perwujudan master plan yang
sudah dikaji sehingga lokasi yang masih tersisa dapat diarahkan untuk
menjadi agrowisata.
Beberapa
hal pokok yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan Agrowisata
Perkebunan di Jawa Barat:
Setiap
rencana pengembangan Agriwisata hendaknya senantiasa mengacu pada
Masterplan Pengembangan Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPARNAS)
serta Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA), agar
berbagai objek yang dikembangkan menjadi satu kesatuan jejaring
paket iwisata yang terpetakan dengan baik, serta memiliki Fokus
Pengembangan Agrowisata yang saling menunjang dan tidak saling
bertentangan;
Perlunya
Peningkatan aksesibilitas menuju kawasan Agrowisata;
Perlunya
peningkatan pembinaan bidang Agrowisata bagi pelaku dan
pengampu kegiatan agrowisata;
Perlunya
peningkatan Kompetensi SDM dan kualitas pengelolaan Agrowisata
Perlunya
peningkatan promosi dan pemasaran Agrowisata;
Perlunya
peningkatan kemudahan pengembangan Industri Usaha Agrowisata;
Perlunya
peningkatan kerjasama antar pelaku agrowisata secara terpadu dan
menyeluruh serta pengembangan jejaring masyarakat/ pengelola
Agrowisata.
Rujukan:
Undang-undang
No 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan
Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Bahan
Paparan “Kebijakan Pengembangan Agrowisata Nasional”, Agus
Priyono (Direktur Industri Pariwisata), Direktorat Jenderal
Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata Dan
Ekonomi Kreatif, pada Workshop on Development and Marketing of
Agrotourism for Increasing Farm Household Income (APO) Grand Inna
Kuta Hotel, Denpasar -Bali : 26 -31 Agustus 2013
Master
Plan Pengembangan Agrowisata Perkebunan Jawa Barat, 2013.
Sumber
: Dinas Perkebunan
Penulis : Siti Purnama & Agus