PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI AGRIBISNIS
A.
Pengertian
Perkembangan Teknologi Agribisnis
Agribisnis
adalah bisnis yang berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya,
baik disektor hulu maupun hilir. Agribisnis dengan kata lain adalah cara
pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Istilah “agribisnis” diserap dari
bahasa inggris: agribusiness yang merupakan portmenteau dari agriculture
(pertanian) dan business (bisnis).
Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa perkembangan teknologi agribisnis adalah Pengembangan
teknologi berbasis pertanian yang dapat dicirikan melalui inovasi dan
introduksi alat atau mesin pertanian untuk proses produksi mulai dari prapanen
hingga pascapanen merupakan masalah yang penting. Hal tersebut disebabkan
karena modernisasi pertanian yang dilandasi sistem agribisnis atau agroindustri
sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional demi mewujudkan
kesejahteraan rakyat dan swasembada pangan, haruslah dikelola secara efektif
dan efisien dalam setiap penggunaan sarana produksi ( bibit, pupuk, obat, dan
peralatan ) untuk mencapai produktifitas, kualitas, dan keuntungan yang maksimal.
Kondisi ini dapat terwujud apabila pengembangan teknologi pertanian beserta
perangkat pendukungnya benar-benar diperhatikan secara serius.
Teknologi tidak bisa dilepaskan
dari gerakan revolusi hijau. Teknologi yang terus dikembangkan, terutama
kegiatan riset, akan membawa pertanian menuju efisiensi dan peningkatan
produktifitas. Esensi riset dan pengembangan amat identik dengan kemajuan suatu
bangsa karena teknologi dapat menekan biaya produksi meingkatkan produktifitas
dan mendorong tingkat efisiensi (Arifin, 2004). Sementara itu, produktivitas
dimaksudkan sebagai suatu ukuran efisiensi yang berupa rasio produk dengan
faktor produksi tertentu. Inovasi baru atau perubahan teknologi umumnya mampu
menaikkan tingkat produksi sekaligus produktifitasnya. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa pengembangan teknologi ditujukan untuk memacu peningkatan
produktivitas pertanian.
B.
Contoh
Perkembangan Teknologi Agribisnis
Beberapa contoh perkembangan
teknologi agribisnis:
1.
The Global Positioning System (GPS)
2.
Rekayasa Genetik
3.
Pengendalian Hama Terpadu
4.
Kloning
5.
Kultur jaringan
6.
Pertanian Organik
7.
Pemanfaatan Hormon
8.
Hidroponik dan aeroponik
1. The
Global Positioning System
adalah
sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan
(synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang
mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat
penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah,
dan waktu.
Sebagian
besar para petani yang tersebar di berbagai negara yang tergabung di ASEAN
sudah meningkatkan level manajemen lahan pertanian mereka dengan sistim/manajemen
dengan teknologi terbaru. Untuk meningkatkan strategi perkebunan, organisasi,
dan sistem manajemen ke tingkat berikutnya, mereka memanfaatkan penggunaan
‘pertanian cerdas’ dan alat-alat yang tepat guna, dan kemudian menyesuaikan
mereka ke dalam solusi pertanian itu sendiri. Salah satu contoh yang sudah kami
pelajari dan amati yang mungkin dapat berguna bagi para petani di Indonesia
adalah Global Positioning System (GPS) untuk pelacakan aktivitas real time,
zoning atau perencanaan.
2. Rekayasa
Genetika
Apa itu
Rekayasa Genetik?
Rekayasa
genetika adalah
suatu proses manipulasi gen yang bertujuan untuk mendapatkan organisme yang
unggul. Rekayasa genetika merupakan salah satu pokok bahasan
dalam ilmu Bioteknologi. (cabang ilmu BIologi). Pada artikel ini akan dibahas
segala sesuatu yang berkaitan dengan rekayasa
genetika.
Mahluk
hidup terdiri atas gen, gen mengandung protein yang menjadi pusat atau sumber
informasi. Gen yang menjadi pembawa informasi turun-temurun dari generasi
ke generasi bertanggung jawab atas pewarisan genotipik dan fenotipik dari
seorang individu.
Secara
ilmiah, rekayasa genetika adalah manipulasi genetik atau perubahan dalam
susunan genetik dari suatu organisme. Rekayasa genetika merupakan proses
buatan/sintetis dengan menggunakan Teknologi DNA rekombinan. Hasil dari
rekayasa genetika adalah sebuah organisme yang memiliki sifat yang diingingkan
atau organisme dengan sifat unggul, organisme tersebut sering disebut sebagai
organisme transgenik. Rekayasa genetika sangat terkait dengan bidang
bioteknologi lain seperti kloning hewan dan kloning manusia.
Rekayasa
genetika telah memiliki aplikasi luas di hampir semua bidang yang berkaitan
dengan bioteknologi dimana genom organisme yang terlibat. Proses transfer
materi genetik dari satu organisme ke organisme lain menggunakan vektor atau
pembawa secara ilmiah disebut sebagai transformasi. Bahkan, semua percobaan
telah dilakukan pada bakteri, tanaman dan sebagian besar banyak hewan tikus,
meskipun eksperimen manusia belum mungkin karena alasan yang jelas.
Metode Transformasi Langsung
Injeksi,
macroinjection, teknik / biolistics, elektroporasi, transformasi dimediasi
liposome, dan transformasi dengan menggunakan bahan kimia seperti serat silikon
karbida pemboman.
Metode Transformasi tidak langsung
Transformasi
berbasis vektor, vektor meliputi plasmid bakteri (dimediasi mentransfer
Agrobacterium), lamba fag, dan bakteriofag (partikel fag yang sangat efisien
dalam mengubah).
Rekayasa Genetika pada
Manusia
Pada
manusia, teknik ini tetap sama tetapi melibatkan transformasi gen manusia untuk
mengubah fenotipe yang ada. Manipulasi genetik telah dilakukan untuk
memodifikasi gen mutagenik atau penyakit tertentu coding, sebagai bagian dari
mengobati beberapa gangguan genetik, selain memproduksi obat-obatan dan vaksin.
Ini juga telah digunakan untuk meningkatkan umur panjang, dan kekebalan dari
suatu organisme dan lebih tepat untuk mempelajari ekspresi gen. Rekayasa
genetika manusia dikatakan dari 2 jenis, dimana sel-sel somatik somatik diubah
dan germline dimana transformasi ini melibatkan perubahan dalam telur atau sel sperma
dan dengan demikian mewarisi. Pertama uji coba hampir berhasil manipulasi
genetik untuk orang yang menderita parah Gabungan Immunodeficiency (SCID), pada
tahun 1990, yang mengakibatkan orang mendapatkan kekebalan fungsional yang
mereka dirampas. Rekayasa genetika telah digunakan untuk masalah infertilitas
serta dimana tindakan perempuan subur sebagai ibu pengganti dan sukses dalam
memproduksi anak. Modifikasi lain dalam genetika manusia pada prioritas rendah
karena tingkat keberhasilan telah diragukan.
Langkah-langkah dalam Rekayasa Genetika
Isolasi Gen
Pemilihan
gen yang diperlukan dan isolasi merupakan prasyarat untuk memulai proses. Gen
yang diinginkan yang akan ditransfer terisolasi dan dikalikan dengan
menggunakan PCR (polymerase chain reaction). Atau, mungkin menjadi bagian dari
perpustakaan genom (perpustakaan yang mengandung fragmen DNA satu genom
tertentu).
Konstruksi
Gen
yang terisolasi perlu diperiksa untuk ekspresi. Setiap gen terdiri dari
promotor, gen penanda dipilih dan terminator. Daerah promotor bertanggung jawab
untuk transkripsi gen yang berakhir pada mencapai wilayah terminator. Gen
penanda dipilih menganugerahkan resistensi antibiotik yang membantu untuk
membedakan sel berubah. Namun, gen tidak dapat berkembang biak sendiri, bukan
harus dikombinasikan dengan DNA asing atau vektor dimana prosesnya dilakukan
dengan menggunakan enzim pencernaan pembatasan, enzim ligasi dan kloning
molekuler menggunakan polimerase.
Transformasi
Bakteri
telah banyak digunakan untuk mengambil gen atau DNA asing dengan bantuan metodetransformasi
di atas. Setelah integrasi, gen atau DNA bereplikasi menggunakan sistem
replikasi host dan menghasilkan banyak salinan dari dirinya sendiri.
Seleksi dan Konfirmasi
Hal
ini dimungkinkan untuk membedakan sel-sel berubah dari yang non diubah dengan
menumbuhkan mereka di hadapan antibiotik dikodekan oleh gen penanda dipilih.
Metode lain adalah dengan menggunakan probe DNA komplementer dengan gen
disisipkan yang secara khusus akan mengikat gen yang diinginkan dan dapat
ditelusuri dan dikonfirmasi menggunakan pemetaan DNA, teknik elektroforesis
seperti Southern blotting, dan Bioassays.
Manfaat Rekayasa Genetika
Manfaat
rekayasa genetika yang jelas dalam bidang pertanian, lingkungan, dan produksi
pangan. Karena itu, karena itu adalah sebuah lapangan yang melibatkan terlalu
banyak penelitian, itu jelas untuk itu untuk memiliki pangsa efek negatif. Mari
kita lihat apa yang mereka setelah melalui keuntungan.
Banyak
kelainan genetik, komplikasi seperti diabetes, fibrosis kistik telah
disembuhkan dengan rekayasa genetika pada manusia karena melibatkan penghapusan
gen yang rusak dan sel-sel memodifikasi untuk menghasilkan sifat yang
diinginkan yang hilang sebelumnya, dengan terapi gen. Insulin dan hormon
pertumbuhan manusia adalah contoh terbaik dimana gen penyandi hormon ini sedang
diubah dalam sel bakteri dalam skala besar untuk meningkatkan produksi hormon.
Hewan
kloning dan transformasi telah secara eksklusif dilakukan pada tikus. Pertama
hewan berhasil mengubah adalah Dolly, lebih dikenal sebagai domba kloning
meskipun masalah etika telah menjadi kendala utama sejauh penelitian yang
bersangkutan.
Rekayasa
genetika telah digunakan berulang-ulang untuk menghasilkan hama, tanaman yang
tahan penyakit dan juga tanaman bergizi tinggi. Contoh terbaik adalah tanaman
kapas Bt dimana Bacillus thureingiensis telah digunakan untuk memasukkan
berbagai hama dan gen tahan penyakit pada tanaman.
Makanan
yang dimodifikasi secara genetik telah membantu massa dengan jumlah tinggi
nutrisi. Beras emas, dan rasa menikmati tomat adalah contoh terbaik dari
rekayasa genetika dalam makanan.
Kontra
Karena
rekayasa genetika melibatkan eksperimen yang parah, ada kemungkinan tinggi
untuk gen untuk menghasilkan mutasi yang tidak diinginkan dan sifat-sifat yang
menyebabkan alergi pada tanaman yang menghambat nilai gizi. Ciri-ciri yang dihasilkan
dapat menimbulkan patogen baru yang berbahaya bagi seluruh ekosistem.
Teknik
ini membutuhkan penyisipan gen yang diinginkan pada lokasi yang tepat yang
keahlian diperlukan terutama ketika melibatkan banyak faktor risiko. Juga,
transformasi gen tunggal sulit karena kode untuk beberapa sifat.
Rekayasa
genetika adalah teknik mahal untuk melaksanakannya. Hal ini membutuhkan tenaga
kerja terampil, perangkat yang sangat baik dan akurat dan bahan kimia, dan
laboratorium yang sangat canggih yang tidak terjangkau untuk orang awam.
Terakhir,
salah satu tidak bisa mengabaikan etika dan masalah yang diperdebatkan yang
terlibat dalam penggunaan hewan dan tumbuhan untuk manipulasi yang seharusnya
menjadi ciptaan Tuhan '.
Rekayasa genetika atau
rekombinan DNA adalah kumpulan teknik-teknik eksperimental memungkinkan
peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan melipatgandakan suatu fragmen
dari materi genetika (DNA) dalam bentuk murninya.
Pemanfaatan teknik
genetika di dalam bidang pertanian diharapkan dapat memberihkan sumbangan,baik
dalam membantu memahami mekanisme-mekanisme dasar proses metabolisme tanaman
maupun dari segi aplikasi praktis seperti pengembangan tanaman-tanaman
pertanian dengan sifat unggul .
http://www.biologi-sel.com/2013/05/rekayasa-genetika.html
3. Pengendalian Hama Terpadu
PHT (
Pengendalian Hama Terpadu) merupakan sebuah konsep pengendalain hama yang
terkendali yang aman dan tidak membahayakan tanaman serta makhluk hidup
lainnya.
Sedangkan
menurut beberapa ahli:
Menurut
Endah & Abidin, 2002 : Pengendalian Hama Terpadu adalah konsep pengendalian
hama dan penyakit tanaman yang aman bagi lingkungan dan makhluk hidup.
Menurut Juanda & Cahyono, 2005 :
Pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama yang dilakukan dengan
menggunakan kekuatan unsur-unsur alami yang mampu mengendalikan hama agar tetap
berada pada jumlah dibawah ambang batas yang merugikan.
Komponen PHT
Menurut
beberapa ahli yang saya dapatkan di Internet diantaranya Komponen PHT adalah perpaduan dari cara
pengendalian pengendalian kultur teknik, hayati, varietas yang tahan, fisik dan
mekanik, peraturan-peraturan, serta kimiawi (pestisida)
Namun jika menurut saya komponen dari PHT adalah
sebagai berikut.
1) Penggunaan Varietas Unggul yang tahan hama dan
penyakit
Pemilihan verietas yang tahan terhadap hama dan
menyakit merupakan sebuah usaha dari pengendalian hama terpadu yang dilakukan
pra tanam, ini sangat penting, bagaimanapun kelangsungan baik dan buruknya
tanaman ditentukan juga dari pemilihan varietas yang unggul dan tahan.
2) Pengendalian Hama
Merupakan sebuah cara bagaimana petani melakukan
pengendalian terhadap hama dan penyakit, bukan memberantas ataupun memusnahkan
apalagi dengan cara penggunaan pestisida yang brutal, akan tetapi dilakukan
pengontrolan teratur dan rutin sehingga bisa melakukan tindakan yang sesuai
dengan kondisi hama penyakit yang ada.
3) Keseimbangan Ekosistem
Pertimbangan keseimbangan ekosistem merupakan
unsur hayati yang harus dilakukan dalam PHT, petani seharusnya mengkoordinir
dan mengenali ekosistem sekitar dan mencukupi segala kebutuhannya untuk terus
menjaga keseimbangan ekosistem.
Misalnya, jika tanah kurang subur karena
kurangnya mikroorganisme dalam tanah maka petani harus memperhatikan
kelangsungan hidup mikroorganisme dalam tanah tersebut.
4) Pemanfaatan bahan dan musuh alami.
Pemanfaatan Predator merupakan sebuah cara untuk
mengurangi bahan-bahan kimia, selain itu, menurut saya, seharusnya petani
melaksanakan konsep back to nature, termasuk dalam pengendalian hama dengan
cara menggunakan pestisida nabati dan pupuk organik.
http://tirmaputri.blogspot.com/2015/03/makalah-rekayasa-genetika.html
4. Kloning
5. Kultur Jaringan
Kultur Jaringan adalah suatu metode
untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri
tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.
Ø Prinsip Kultur Jaringan
Teknik kultur jaringan
memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan
secara konvensional, teknik kultur
jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali
disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa
Latin), berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut
dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Teori dasar dari kultur in vitro ini
adalah Totipotensi. Teori ini mempercayai bahwa setiap
bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh bagian tanaman terdiri atas
jaringan-jaringan hidup.
Oleh
karena itu, semua organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang
sama persis dengan induknya.
Ø Prasayrat Kultur
Jaringan
Pelaksanaan teknik ini
memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Hal yang paling
esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat
bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan
yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya
Ø Media Kultur Jaringan
Ada dua penggolongan
media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel,
seperti agar, dimana nutrisi
dicampurkan pada agar.
Media
cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau
dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda
komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan
pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Media Murashige dan
Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan
vitamin untuk pertumbuhan tanaman.
Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media dibutuhkan oleh organisme
dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS, tidak terdapat
zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media
(eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah
perkembangan suatu kultur.
Penambahan hormon
tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat mengembalikan jaringan ini
menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya. Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi
ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan
perkembangan jaringan.
Beberapa jaringan yang lambat dalam pertumbuhan mereka. Bagi mereka akan ada
dua pilihan: (i) Optimalisasi media tumbuh, (ii) Membudidayakan sehat dan penuh
semangat tumbuh jaringan atau varietas. Necrosis bisa merusak jaringan kultur. Umumnya, nekrosis
kultur jaringan bervariasi dalam varietas yang berbeda dari tanaman. Dengan
demikian, dapat dikelola oleh kultur sehat dan penuh semangat tumbuh varietas.
Ø Metode Kultur Jaringan
Metode
perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu
melalui perbanyakan tunas dari matatunas apikal,
melalui pembentukan tunas adventif,
dan embriogenesis somatik,
baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus. Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan
sebagai eksplan dalam pengerjaan
kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi
dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan
tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas
aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan
yang kedua adalah jaringan parenkima,
yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan
menjalankan fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah
berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.
6. Pertanian Organik
Pertanian organik adalah sistem budi
daya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa
menggunakan bahan kimia
sintetis. Beberapa tanaman Indonesia yang berpotensi
untuk dikembangkan dengan teknik tersebut adalah padi, hortikultura sayuran dan buah (contohnya: brokoli, kubis merah, jeruk, dll.), tanaman perkebunan (kopi, teh, kelapa, dll.), dan rempah-rempah. Pengolahan pertanian organik didasarkan
pada prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan. Yang dimaksud dengan prinsip kesehatan
dalam pertanian organik adalah kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman,
hewan, bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan karena semua komponen tersebut
saling berhubungan dan tidak terpisahkan. Pertanian organik juga harus
didasarkan pada siklus dan sistem ekologi kehidupan. Pertanian organik juga harus memperhatikan
keadilan baik antarmanusia maupun dengan makhluk hidup lain di lingkungan.[2] Untuk mencapai pertanian organik yang baik
perlu dilakukan pengelolaan yang berhati-hati dan bertanggungjawab melindungi
kesehatan dan kesejahteraan manusia baik pada masa kini maupun pada masa depan.
Ø Sejarah
Pertanian Organik
Pertanian tradisional dalam
berbagai bentuk, yang telah dilakukan sejak ribuan tahun di seluruh dunia, merupakan pertanian
organik yang tidak menggunakan bahan kimia sintetik. Pertanian dengan
memanfaatkan ekologi
hutan (kebun hutan, forest
gardening) merupakan salah satu sistem produksi pangan pada masa prasejarah yang dipercayai
merupakan pemanfaatan ekosistem pertanianyang
pertama.
Pupuk
sintetis telah dibuat pada abad ke 18, berupa superfosfat.
Lalu pupuk berbahan dasar amonia mulai diproduksi
secara masal ketika proses Haber dikembangkan semasa Perang
Dunia I. Pupuk ini murah, bernutrisi, dan mudah
ditransportasikan dalam bentuk curah. Perkembangan juga terjadi pada pestisida kimia pada tahun
1940an, yang memicu penggunaan bahan kimia pertanian secara besar-besaran
di seluruh dunia. Namun sistem pertanian baru yang mulai berkembang ini membawa
dampak serius secara jangka panjang pada pemadatan tanah, erosi, penurunan
kesuburan tanah secara keseluruhan, juga dampak kesehatan pada manusia akibat
bahan kimia beracun yang masuk ke bahan pangan. Para pakar biologi
tanah mulai
mengembangkan teori mengenai bagaimana ilmu biologi dapat digunakan pada
pertanian untuk menanggulangi dampak negatif bahan kimia pertanian tanpa
mengurangi hasil produksi pertanian. Biodinamika biologi berkembang pada tahun
1920an dan menjadi versi awal dari pertanian organik yang dikenal sekarang. Sistem ini
berdasarkan filosofi antroposofi dari Rudolf Steiner.
Pada
tahun 1930an dan awal 1940an, pakar botani terkemuka Sir Albert Howard dan istrinya Gabriel Howard mengembangkan
pertanian organik. Howard terinspirasi dari pengalaman mereka mengenai metode
pertanian tradisional di India, pengetahuan mereka mengenai biodinamika, dan
latar belakang pendidikan mereka. Sir Albert Howard dapat dikatakan sebagai
"bapak pertanian organik" karena ia yang pertama kali menerapkan
prinsip ilmiah pada berbagai metode pertanian tradisional dan alami.
Meningkatnya
kesadaran lingkungan secara umum pada populasi manusia di masa modern telah
mengubah gerakan organik yang awalnya dikendalikan oleh suplai, kini
dikendalikan oleh permintaan pasar. Harga yang tinggi dan subsidi dari pemerintah
menarik perhatian petani. Di negara berkembang, berbagai produsen pertanian
yang bekerja dengan prinsip tradisional dapat dikatakan setara dengan pertanian
organik namun tidak bersertifikat dan tidak mengikuti perkembangan ilmiah dalam
pertanian organik. Sehingga beberapa petani tradisional dapat berpindah menjadi
petani organik dengan mudah, yang terdorong oleh alasan ekonomi.
Ø Metode
Pertanian Organik
Pertanian organik mengkombinasikan pengetahuan ilmiah
mengenai ekologi dan teknologi modern mengenai
praktek pertanian tradisional berdasarkan proses
biologis yang terjadi secara alami. Metode pertanian organik dipelajari di
dalam bidang ekologi
pertanian. Pertanian konvensional menggunakan pestisida dan pupuk
sintetik, sedangkan pertanian organik membatasinya dengan hanya menggunakan
pestisida dan pupuk alami. Prinsip metode pertanian organik mencakup rotasi
tanaman, pupuk hijau/kompos,pengendalian hama biologis,
dan pengolahan
tanah secara mekanis.
Pertanian organik memanfaatkan proses alami di dalam lingkungan untuk mendukung
produktivitas pertanian, seperti pemanfaatan legum untuk mengikat nitrogen ke dalam tanah,
memanfaatkan predator untuk menaggulangi
hama, rotasi tanaman untuk mengembalikan kondisi tanah dan mencegah penumpukan
hama, penggunaan mulsa untuk mengendalikan
hama dan penyakit, dan pemanfaatan bahan alami, termasuk mineral bahan tambang
yang tidak diproses atau diproses secara minimal, sebagai pupuk, pestisida, dan
pengkondisian tanah. Tanaman yang lebih unggul dan tangguh dikembangkan melalui pemuliaan
tanaman dan
tidak dimodifikasi menggunakan rekayasa
genetika.
7. Pemanfaatan Hormon
Pada dasarnya,
penelitian di bidang pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan selain bertujuan
untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
juga bertujuan untuk melihat apakah ada alternatif tertentu yang dapat
dilakukan untuk memacu aktivitas pertumbuhan pada tanaman khusunya tanaman
pangan. Ditemukannya hormon pertumbuhan pada tumbuhan memacu para peneliti
untuk mengembangkan teknologi pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan
kualitas produk pertanian.
Seperti yang banyak kita
jumpai dewasa ini. Banyak buah-buahan unggul dan berbeda dari biasanya beredar
di pasaran. Sebut saja buah-buahan non biji, buah-buahan dengan ukuran yang
besar, atau bahkan buah yang selalu ada di pasaran padahal kita tahu bahwa buah
itu adalah buah musiman yang hanya ada pada musim buahnya saja.
Semua itu merupakan hasil dari penelitian di bidang pertanian yang tujuan
utamanya adalah menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dan bersaing
baik di pasar tradisional maupun di pasar modern sehingga penghasilan petani
juga akan meningkat.
Seperti yang telah kita
bahas sebelumnya, terdapat beberapa hormon pertumbuhan yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang sering disebut fitohormon.
Masing-masing fitohormon memiliki fungsinya masing-masing. Ada yang berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan organ tanaman, ada yang berfungsi untuk merangsang
pemasakan buah, ada pula yang berfungsi untuk mengendalikan pertumbuhan.
Degan diidentifikasinya
jenis-jenis fitohormon dan fungsi-fungsi spesifiknya tentu menjadi keuntungan
tersendiri dalam bidang pertanian sebab para peneliti dapat mengembangkan
teknologi pertumbuhan dengan memanfaatkan atau memanipulasi faktor-faktor
(fitohormon) yang ada untuk menghasilkan tanaman yang unggul dan produk yang
berkualitas baik.
Bayangkan saja jika kita
dapat menghasilkan buah semangka yang beratnya mencapai 15 kg tanpa biji, atau
bibit mangga unggul yang dapat berbuah sepanjang tahun tanpa dipengaruhi musim,
atau menghasilkan produk sayur-sayuran dalam jumlah yang besar dengan
penggunaan lahan yang minimum. Teknologi seperti itulah yang terus dikembangkan
oleh ahli pertanian.
Thailand merupakan salah
satu negara yang terkenal dengan teknologi pertanian mereka. Banyak bibit-bibit
unggul dihasilkan di sana yang kemudian diekspor ke negara kita dan digunakan
oleh petani lokal misalnya semangka hibrida non biji. Indonesia juga memiliki
banyak teknologi pertumbuhan yang patut dibanggakan namun tentu saja
masing-masing teknologi memiliki kekurangan dan kelebihan.
Implikasi Teknologi Pertumbuhan
Berikut beberapa
penggunaan fitohormon sebagai teknologi pertumbuhan yang diharapkan dapat
menjadi alternatif untuk mengembangkan peroduktivitas dan kualitas produk
pertanian.
Ø
Teknologi Pemberantas
Gulma
Dihasilkannya hormon auksin sintetis ternyata dapat dimanfaatkan
untuk mengendalikan gulma yang menyerang tanaman. Dalam konsentrasi 0,1%,
auksin sintetis dapat digunakan sebagai herbisida alternatif.
Ø
Teknologi Partenokarpi
Hormon auksin juga dikenal sebagai hormon yang memungkinkan
terjadinya partenokarpi atau pembentukan buah tanpa biji. Hormon auksin yang
diberikan pada tumbuhan yang sedang berbunga dapat menghambat proses
penyerbukan dan gagalnya pembuahan yang akan menghasilkan biji sehingga
dihasilkan buah tanpa biji.
Ø
Produksi Buah Sepanjang
Tahun
Terbayangkan gimana asiknya kalau pohon rambutan di halaman
rumah dapat berbuah sepanjang tahun walaupun belum musimnya? Dengan
memanfaatkan fungsi auksin dan sitokinin diharapkan dapat membuat tanaman
penghasil buah mampu menghasilkan bunga dan buah walaupun tidak pada musimnya.
Ø
Memperbesar Ukuran Buah
Hormon yang paling berperan dalam ukuran buah adalah hormon
giberelin. Dengan fungsi tersebut, diharapkan pemberian giberelin pada tumbuhan
yang mulai berbuah dapat memperbesar ukuran buah yang dihasilkan.
Ø
Mencegah Kerontokan Buah
Kerontokan bunga dan buah merupakan salah satu masalah yang
mengurangi pendapatan petani. Rontoknya buah menyebabkan produk pertanian
berkurang. Oleh karena itu, peneliti berusaha menemukan alternatif untuk
mencegah rontoknya bunga dan buah. Salah satu alternatif yang diharapkan dapat
mencegah kerontokan adalah pemberian hormon sitokinin pada saat tanaman
berbunga dan berbuah.
Ø
Memacu Pembungaan
Aplikasi pemanfaatan hormon auksin dan etilen untuk memacu
pembungaan sudah diterapkan pada tanaman mangga dan nanas. Pemberian kedua
hormon tersebut secara bersamaan dapat memacu proses pembungaan sebelum
waktunya.
Ø
Teknologi Kultur
Jaringan
Kultur jaringan merupakan salah satu proses pembiakan yang sudah
banyak dikembangkan untuk menghasilkan bibit unggul dengan sifat yang seragam.
Untuk merangsang pembentukan batang pada proses kultur jaringan dapat
dimanfaatkan hormon sitokinin.
8. Hidroponik dan Aeroponik
Cara menanam tanaman buah
dan sayuran telah banyak mengalami kemajuan, seiring ditemukannya inovasi dan
teknologi baru di bidang pertanian saat ini. Salah satunya ialah dengan
menggunakan sistem hidroponik, aquaponik, dan aeroponik yang telah mengubah
cara pandang kita terhadap media tanam. Pada kali ini yang akan kita bahas
adalah apa saja perbedaan antara hidroponik dengan aeroponik dilihat dari
berbagai sudut pandang perkebunan modern.
Hidroponik
Pengertian
hidroponik adalah suatu budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa
menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi
tanaman. Kebutuhan air pada tanaman hidroponik lebih sedikit (efisien) sehingga
cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.
Dalam
sistem hidroponik, fungsi dari tanah adalah hanya sebagai penyangga tanaman dan
air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa diserap oleh akar
tanaman. Dalam teknik bertanam dengan hidroponik yang ditekankan adalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman sehingga hasilnya bisa maksimal.
Sistem
sumbu (wick system) atau teknik apung adalah jenis paling sederhana dari
hidroponik. Pada sistem sumbu maka tanaman diletakkan pada wadah berisi larutan
nutrien. Cairan larutan harus diberi blekutukan dengan mesin gelembung udara.
Penutup wadah air dilubangi dan diisi tanaman untuk setiap wadah air. Larutan
nutrien dapat diganti sesuai jadwal, setiap kali larutan berkurang, maka perlu
menambahkan air atau larutan nutrisi kedalamnya.
Aeroponik
Pengertian aeroponik adalah
sistem menanam dengan cara akarnya secara berkala dibasahi dengan
butiran-butiran larutan nutrien yang halus seperti kabut. Metode ini tidak
memerlukan media dan memerlukan tanaman yang tumbuh dengan akar yang
menggantung di udara atau pertumbuhan ruang yang luas secara berkala. Aerasi
secara sempurna merupakan kelebihan utama dari aeroponik.
Aeroponik telah dilaksanakan sebagai
alternatif untuk sistim pengairan hidroponik secara intensif di seluruh dunia.
Pada dasarnya dari budidaya aeroponik adalah untuk pertumbuhan tanaman yang
baik maka disuspensikan dalam lingkungan tertutup atau semi tertutup dengan
menyemprotkan akar tanaman yang menjuntai kebawah dengan cara disemprot air
yang kaya nutrisi.
Lingkungan aeroponik sebaiknya bebas dari hama dan penyakit sehingga tanaman
dapat tumbuh sehat dan lebih cepat daripada tanaman yang ditanam di medium.
Namun, karena lingkungan aeroponik kebanyakan tidak sempurna tertutup ke luar
maka hama dan penyakit masih dapat menyebabkan ancaman bagi tanaman.
Perbedaan hidroponik dan aeroponik
Perbedaan yang mendasar adalah dari segi media tanam, dimana
hidroponik menggunakan air sebagai media tanam. Sedangkan pada aeroponik, akar
tanaman dibiarkan menggantung di udara
Pemberian nutrisi pada sistem hidroponik dilakukan dengan cara melarutkannya
pada media air, sedangkan pemberian nutrisi pada sistem aeroponik dilakukan
dengan cara menyemprotkannya (seperti kabut) pada akar tanaman yang menggantung
di udara.
Kelebihan aeroponik yang lain yang berbeda dari hidroponik adalah bahwa setiap
jenis tanaman dapat tumbuh, karena lingkungan mikro dari aeroponik benar-benar
dapat dikontrol. Keunggulan aeroponik adalah tanaman yang di jeda pembasahannya
akan dapat menerima 100% dari oksigen yang ada, dan karbon dioksida pada bagian
akar, batang, dan daun, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan biomassa dan
mengurangi waktu perakaran.
Dengan teknik aeroponik maka tanaman mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar
80% dalam massa berat kering (mineral penting) dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada hidroponik lain. Aeroponik menggunakan 65% air dari kebutuhan air
hidroponik. Tanaman aeroponik hanya membutuhkan 1/4 nutrisi yang digunakan
dibandingkan dengan hidroponik lain.
|
Sistem Agribisnis |